HUBUNGAN PARASIT DENGAN INANG DAN INFEKSI


       Hubungan mikroorganisme dan infeksi tidak terlepas dari hubungan antara organisme sebagai tuan rumah dan mikroorganisme sebagai penumpang. Yang pertama biasa disebut inang (host) dan yang kedua dinamakan parasit karena mendapat perlindungan atau makanan dari tuan rumahnya. Bentuk hubungan dari tiap jenis tumbuhan atau hewan dengan organisme lain dalam keadaan alamiah bermacam-macam, dari yang bersifat letal, antagonisme mutual atau antibiosis sampai bersifat saling tidak acuh atau netralisme.
      Bermacam-macam istilah yang sudah dikenal penggunaannya untuk menerangkan sifat hubungan ini adalah sebagai berikut.
  1. Komensalisme, salah satu spesies mendapat keuntungan dari hubungan ini, sedangkan yang lainnya tidak terganggu.
  2. Mutualisme atau simbiosis, kedua-duanya mendapat keuntungan, bahkan seringkali saling tergantung satu sama lain.
  3. Antagonisme atau amensalisme, salah satu spesies mengalami kerusakan dan yang lainnya tidak terganggu.
      Dalam hal parasitisme, parasit itu hidup pada tubuh inang atas tanggungan inang itu. Parasitisme tidak selalu harus merusak inang dan seringkali mendekati sifat komensalisme. Istilah parasit biasanya diterapkan terhadap spesies kecil seperti kutu, cacing dan mikroorganisme (ragi, fungi, bakteri, virus, dan Amoeba).
       
                 A.           Hubungan Parasit dengan Inang
Suatu organisme untuk menjalankan parasitisme secara baik harus sanggup hidup didalam atau pada inang tanpa menimbulkan reaksi pada inang untuk mempertahankan diri, reaksi ini tidak dapat diatasi oleh parasit itu. Jika dalam hubungan ini tidak tampak kerusakan yang berarti pada inang, maka hubungan ini dapat dipandang sebagai komensalisme dan bentuk hubungan semacam ini yang paling biasa ditemukan pada hubungan antara manusia dan mikroorganisme. Jika inang memberikan reaksi yang keras karena masuknya parasit tersebut, maka dapat terjadi tiga kemungkinan sebagai jalan ke luar dari hubungan itu (a) Parasit dapat terbunuh atau dikeluarkan, (b) Inangnya terbunuh, (c) Sifat invasi & patogenesis dari parasit dengan mekanisme pertahanan inang mencapai keseimbangan.
Dalam hal yang disebut terakhir, parasit dan inang hidup dalam “koeksistensi damai” atau dalam keadaan “gencatan senjata”. Jika keseimbangan ini terganggu masing-masing merupakan “aggressor yang potensial” bagi yang lain. 
Infeksi terjadi bila parasit sanggup menyusup atau melalui batas pertahanan inang dan hidup didalamnya. Infeksi tidak selalu harus menghasilkan penyakit. Jika pada inang itu jelas tampak dan dirasakan adanya kerusakan oleh parasit itu, terjadilah penyakit dan parasit ini disebut patogen primer.
Suatu parasit dapat langsung menyusup atau menembus mekanisme pertahanan normal suatu badan yang sensitif dan sehat serta menimbulkan suatu infeksi, tanpa bantuan apa-apa. Ada pula yang hanya dapat melalui mekanisme pertahanan normal itu karena alat pertahanan itu telah lebih dahulu dirusak oleh sebab lain, sehingga parasit menggunakan kesempatan ini (oportunis) menginfeksi inang (tua usia, luka, lama menderita sakit keracunan). Dalam hal ini parasit itu disebut patogen sekunder, misalnya stafilokokus yang normal ditemukan dalam hidung dan kulit orang sehat. Jika organisme ini dapat kesempatan masuk kedalam aliran darah atau jaringan dalam, dapat menghasilkan infeksi yang serius.
Dalam hubungan inang-parasit, tidak berarti bahwa parasit ini harus selalu merusak inang. Sebaliknya banyak interaksi antara inang-parasit tidak menghasilkan penyakit, jadi infeksi itu tetap laten atau biasa disebut infeksi subklinis.
Hubungan antara parasit dan inang ditentukan oleh kedua pihak, dari parasite menginginkan tempat hidup dan merusak inang dan inangnya sendiri berusaha dengan segala mekanisme pertahanannya untuk melawan proses tersebut. 
Diantara sifat-sifat yang dibawa parasit itu ialah infektivitas, daya invasi, patogenesis, dan toksigenitas. Jika kerusakan yang ditimbulkan oleh parasit itu sudah cukup besar maka menimbulkan gangguan pada inang sehingga timbul apa yang dinamakan penyakit.

B.            Infeksi 
Infeksi adalah proses masuknya parasit dan mengadakan hubungan dengan inang. Infeksi terjadi bila parasit itu sanggup mengadakan penetrasi atau melalui tanggul pertahanan inang dan hidup didalamnya. Faktor-faktor utama yang menyebabkan dapat terjadinya infeksi adalah sebagai berikut.
1.      Tempat masuk parasit kedalam inang
Biasanya disebut “fortal of entry”, adalah saluran pernapasan (mulut dan hidung), saluran gastrointestinal dan pecahan pada selaput lendir superfisial dan kulit. Beberapa jenis parasit dapat menembus selaput lendir atau kulit yang utuh, ada juga yang dimasukkan oleh Arthropoda melalui lapisan-lapisan yang utuh langsung kedalam saluran getah bening atau aliran darah.
2.      Penempatan dan multiplikasi parasit dalam tubuh inang
Dari portal of entry parasit itu dapat segera menyebar melalui jaringan atau melalui saluran getah bening (lymph) masuk kedalam aliran darah, yang selanjutnya disebarkan secara luas, sehingga parasit itu dapat mencapai tempat khusus untuk bermultiplikasi. Susunan biokimia dari lingkungan dalam jaringan ini menentukan kesensitifan atau resistensi dari inang terhadap parasit itu. Tetapi meskipun terjadi infeksi sangat penting untuk diperhatikan bagi ilmu kedokteran, tetapi ada dua syarat lain untuk kelangsungan hidup bagi parasit itu, yaitu tempat ke luar (portal of exit) dari inang yang cocok dan suatu mekanisme untuk transmisi ke inang yang baru.


Sumber : Koes Irianto. 2006. Mikrobiologi (menguak dunia mikroorganisme). Bandung: Yrama Widya. Hal 110-112

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk " HUBUNGAN PARASIT DENGAN INANG DAN INFEKSI "

Post a Comment

UA-77170162-1