Beberapa
peristiwa yang pernah terjadi di laboratorium merupakan cermin bagi setiap
orang untuk dapat meningkatkan kewaspadaannya ketika bekerja di laboratorium.
Peristiwa-peristiwa tersebut kadang-kadang terlalu pahit untuk dikenang, namun
meninggalkan kesan pendidikan yang baik, agar tidak melakukan kesalahan dua
kali pada peristiwa yang sama. Peristiwa terbesar dalam sejarah adalah pada
Departemen Kimia, 27 tahun yang lalu, ketika itu Gedung Departemen terbakar
pada malam menjelang pagi hari, itu terjadi karena ada bahan kimia yang meledak
di gedung tersebut. Walaupun tidak terdapat korban manusia, namun kerugian
materi sangat banyak dan mahasiswa agak ”terhambat” melakukan proses pendidikan
karena diperlukan waktu yang lama untuk dapat pemulihan fasilitas yang
terbakar. Peristiwa lainnya tidak sehebat yang terjadi di atas, namun perlu
perhatian khusus agar dikemudian hari jangan sampai terjadi lagi. Peristiwa itu
menimpa salah seorang mantan mahasiswa kimia yang bekerja dengan brom, bahan
ini mengalir dari peralatan yang kurang rapat, menyentuh kulit lengannya,
mengakibatkan luka bakar dan bekasnya tidak hilang sampai sekarang. Ada pula
yang terkena bahan kimia TCA ketika mengambil zat tersebut dari botol
kemasannya, karena kurang hati-hati ada bahan yang terkena kulit tangan
mahasiswa dan ini menimbulkan iritasi yang hebat, gejalanya kulit terasa gatal
dan jika digaruk dapat melepuh. Kejadian berikutnya adalah ketika mahasiswa
tahun pertama bekerja menggunakan pembakar dengan bahan bakar spiritus,
pembakar tersebut tersenggol sehingga spiritus tersebut tumpah ke meja
praktikum dan menyebabkan kebakaran serta merusak meja praktikum. Kebakaran
juga pernah terjadi karena terlepasnya selang penyambung pembakar bunsen dari
saluran gas bakar, ini disebabkan oleh mahasiswa yang menarik pembakar itu ke
berbagai tempat. Ada pula kecerobohan kerja yang menyebabkan asam sulfat pekat
tumpah di atas meja praktikum. Asam tersebut dapat menghanguskan kayu sehingga
meja praktikum berubah menjadi hitam dan rapuh. Kelalaian lainnya disebabkan
oleh kurangnya kedisiplinan, seperti lupa menutup kran air, sehingga terjadi
banjir sampai ke laboratorium lainnya. Semua peristiwa tersebut tidak akan
terjadi bila setiap individu sadar dan mengerti bahwa laboratorium itu milik
bersama yang harus dijaga dengan meningkatkan disiplin.
Keselamatan kerja laboratorium merupakan salah satu aspek
penting yang harus diperhatikan. Ibarat seseorang yang tengah berjalan di jalan
raya, bekerja di laboratorium juga memerlukan rambu-rambu sehingga selama dalam
perjalanan dapat sampai tujuan dengan selamat.
Kecelakaan dapat terjadi bukan hanya karena tidak
memperhatikan etika berkendara dan rambu-rambu lalu lintas, tetapi juga dapat
terjadi ketika ada orang lain yang lalai. Sama halnya dengan kecelakaan kerja
di laboratorium, tentu bukanlah kejadian yang disengaja, tetapi bisa terjadi
apabila ada kelalaian dari diri sendiri dan orang lain. Artinya, semua pihak
sangat berperan dalam menerapkan budaya keselamatan kerja.
Bekerja di laboratorium dengan nyaman akan mempengaruhi
kelancaran aktivitas kerja dan kecelakaan kerja dapat dihindari. Kecelakaan
kerja di laboratorium bisa menimbulkan kerugian materi serta adanya korban
manusia. Kecelakaan kerja dapat menyebabkan korban mengalami luka, cacat fisik,
gangguan kesehatan, trauma, bahkan dapat mengancam nyawa seseorang. Semua
kemungkinan ini dapat dicegah dengan memperhatikan pedoman keselamatan kerja.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
kecelakaan
Kecelakaan menurut kamus besar Bahasa Indonesia
kecelakaan adalah kemalangan, bencana kemudian kejadian atau pristiwa celaka,
mendapat celaka.
Kecelakaan merujuk kepada peristiwa yang terjadi secara tidak
sengaja. Sebagai contoh kecelakaan
lalu lintas, kecelakaan
tertusuk benda tajam dan sebagainya. Perkataan kecelakaan diambil dari kata dasar celaka.
Penambahan imbuhan
"ke"... dan ..."an" menunjukkan nasib malang yang
terjadi atau menimpa.
B.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecelakaan
1.
Faktor
manusia
Kelalaian
manusia yang kurang memperhatikan aspek keselamatan kerja sehingga dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain. Kelalaian manusia juga dapat terjadi
karena belum memahami panduan keselamatan kerja dengan benar. Perilaku baik
akan terbawa setiap saat jika telah menjadi kebiasaan dalam kehidupan
seseorang. Begitu pula budaya keselamatan kerja akan terbangun apabila selalu
ada pembiasaan dalam setiap aktivitas di laboratorium.
Kelalaian
kecil yang dibiarkan akan membuat seseorang merasakan bahwa tidak lagi tampak
ada kelalaian yang telah ditinggalkan. Jika kebiasaan kecil saja mudah
diabaikan maka untuk melakukan kebiasaan besar pasti dengan mudah dilupakan.
Kebiasaan bekerja sesuai dengan prosedur yang benar akan terbawa jika kebiasaan
kecil dalam memperhatikan aspek keselamatan kerja selalu dibiasaan dari hal-hal
yang paling sederhana. Mengenakan sepatu tertutup saat bekerja di laboratorium
merupakan kebiasaan kecil. Jika sekali dua kali bekerja dengan sepatu terbuka
tetap aman, biasanya akan merasa sama saja mengenakan sepatu terbuka atau
tertutup sehingga tidak ada kekhawatiran lagi jika tumpahan atau percikan bahan
kimia setiap saat bisa terjadi.
2. Bahan kimia
Penanganan
bahan kimia yang tidak sesuai menjadi salah satu faktor terjadinya kecelakaan kerja.
Penyimpanan bahan kimia harus mempertimbangkan kualifikasi dan sifat bahan.
Bahan kimia tidak harus disimpan sesuai dengan urutan abjad. Penyimpanan bahan
cair dan padat harus terpisah dan harus disesuaikan dengan sifatnya. Bahan cair
yang telah diencerkan dan bahan padat yang telah dibuat dalam larutan harus
disimpan dalam wadah yang sesuai dan diberi label. Label bahan kimia minimal
menyertakan nama, konsentrasi, dan tanggal pembuatan. Bahan kimia yang tidak
mempunyai label harus disingkirkan dan tidak diperbolehkan untuk digunakan,
jika perlu ditelusur identitasnya.
Mereaksikan
bahan kimia harus sesuai dengan prosedur kerja dengan memperhatikan sifat bahan
kimia yang digunakan. Sebelum mereaksikan atau mencampurkan bahan kimia, paling
tidak jumlah yang digunakan telah diketahui dengan pasti dan tersedia petunjuk
teknik mereaksikan atau pencampurannya. Mengenal sifat bahan kimia menjadi
suatu keharusan sebelum berinteraksi dengan bahan kimia.
Pemindahan
atau pengambilan bahan kimia dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar.
Penanganan tumpahan atau percikan bahan kimia perlu diketahui sebelum bekerja
di laboratorium. Tumpahan atau percikan bahan yang mengenai meja atau lantai
perlu ditangani secara tepat. Apabila mengenai kulit atau mata harus mengetahui
tindakan atau pertolongan pertama yang dapat dilakukan.
3.
Alat
dan instrumentasi
Penggunaan
alat-alat gelas laboratorium yang tidak sesuai dengan fungsi dan cara pemakaian
yang benar dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja. Menuangkan larutan asam ke
dalam buret tanpa bantuan corong gelas atau dengan menaiki meja kerja dapat
menyebabkan resiko percikan bahan kimia di wajah atau tangan. Alat gelas yang
telah berkurang fungsi dan kegunaannya, seperti ada bagian yang telah hilang,
retak atau pecah sebaiknya tidak lagi digunakan. Instrumentasi yang tidak layak
pakai juga tidak digunakan, seperti necara yang telah rusak sehingga
menimbulkan kesalahan penimbangan, dapat berakibat kesalahan dalam pembuatan
bahan atau campuran reaksi. Sentrifuge yang rusak sebaiknya tidak digunakan.
4.
Sarana
dan prasarana penunjang
Saluran air
bersih di laboratorium harus tersedia dengan baik untuk keperluan kebersihan,
penanganan kecelakaan, sebagai pendingin proses distilasi, ekstraksi, atau
refluks serta berbagai keperluan lainnya. Saluran listrik yang digunakan selalu
diperiksa secara rutin dan harus dilengkapi pengontrol otomatis apabila terjadi
hubungan arus pendek.
Idealnya
setiap laboratorium mempunyai program pelatihan teknik laboratorium atau
kesehatan dan keselamatan kerja kimia. Paling tidak sebelum bekerja di
laboratorium, telah dibekali dengan beberapa hal penting yang harus dipahami,
diantaranya adalah :
1. Memahami tata tertib atau aturan
mendasar bekerja di laboratorium termasuk kekhususan untuk setiap laboratorium.
2. Memahami prosedur kerja yang akan
dilakukan selama bekerja di laboratorium.
3. Mempersiapkan perlengkapan
keselamatan kerja sesuai dengan kebutuhan.
4. Memahami hal-hal yang berkaitan
dengan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja di laboratorium
5. Mempersiapkan kertas kerja yang
diperlukan
C. Langkah-langkah dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan
Tujuan pemberian pertolongan pertama
pada kecelakaan adalah :
1. Mempertahankan
korban agar tetap hidup;
2. Membuat korban agar
tetap stabil dan tidak lebih parah;
3. Mengurangi rasa
nyeri, tidak nyaman atau rasa cemas pada korban.
a.
Umum
Jika terjadi kecelakaan hendaklah seseorang:
1. Segera memberitahu
bagian keamanan untuk segera mencari pertolongan;.
2. Menyiapkan beberapa
informasi yang meliputi:
·
kondisi
penderita
·
perincian
penyebab kecelakaan
·
lokasi
kecelakaan (nomor ruang dan nama gedung)
3. Melakukan pertolongan pertama
prosedur emergency:
·
menjauhkan
korban dari penyebab kecelakaan;
·
mencari
penyebab utama kecelakaan;
·
memberikan
pertolongan pertama; dan
·
membawa
korban ke rumah sakit.
Setiap
laboratorium hendaklah mempunyai nama, nomor telepon dan alamat dokter/rumah
sakit yang dapat dipanggil setiap saat jika terdapat keadaan darurat. Untuk
membantu pekerjaan dokter/petugas medis, pada korban yang dibawa ke rumah sakit
berilah petunjuk tentang: nama, alamat rumah dan kantor, jenis/bahan penyebab
kecelakaan, serta penanganan yang telah diberikan.
Beberapa
hal yang harus dilakukan pada keadaan gawat adalah sebagai berikut.
- Periksalah Airway, Breathing,
dan Circulation (ABC) pada korban.
- Airway (jalan nafas), pastikan bahwa
jalan nafas koban tidak terhalang oleh lidah atau benda lain.B
- Breathing (pernafasan), periksa
pernafasaanya, kalau perlu berikan pernafasan buatan (teknik mulut ke
mulut atau CPR = Cardio Pulmonary Resusciation).
- Circulation (sirkulasi), periksalah nadi
korban, bila denyut nadi tidak terasa, lakukan teknik CPR.
- Bertindaklah dengan cepat,
karena waktu walaupun satu detik sangat berarti dan berharga bagi korban.
- Jangan mengangkat atau
memindahkan korban yang luka pada leher atau tulang belakang, kecuali
dalam keadaan terpaksa.
- Mintalah seseorang untuk
memanggil ambulan atau dokter, sementara itu lakukan pertolongan pertama.
- Jangan menarik pakaian korban
yang terkena luka bakar.
- Bersikap tenang dan
tenangkanlah korban.
- Jangan memaksa memberi minuman
atau obat pada korban yang kesadarannya menurun atau tidak sadar.
- Jangan membangunkan korban yang
pingsan dengan menggoncang-goncang badannya.
- Buatlah laporan kejadian.
b. Luka karena bahan
kimia
Luka pada kulit
·
Sebelum
melakukan pertolongan, yakinlah bahwa lokasi aman untuk anda.
·
Gunakan
pakaian pelindung sebelum melakukan pertolongan.
·
Periksalah
ABC korban, dan beri tindakan jika diperlukan.
·
Alirkan
air hangat (suam-suam kuku) pada luka selama 15 menit.
·
Lepaskan
hati-hati pakaian yang terkena bahan kimia, sepatu atau perhiasan.
·
Tutup
luka dengan bahan yang steril.
·
Jangan
menetralkan luka dengan menambahkan bahan kimia lain.
·
Jangan
jangan mengoleskan cairan atau lemak pada luka.
·
Bersikap
tenang dan tenangkan korban selama menunggu pertolongan dokter.
Luka pada mata
Percikan
bahan kimia pada mata dapat menimbulkan luka yang serius. Sebelum melakukan
pertolongan, yakin bahwa situasi aman untuk anda. Jangan pindahkan korban, dan
periksalah ABC-nya.
·
Cuci
mata yang terkena bahan kimia dengan air suam-suam kuku selama 15 menit, lebih
baik lagi jika menggunakan pencuci mata.
·
Bantu
korban agar menggerak-gerakkan bola matanya, sehingga mata dapat dicuci dengan
baik.
·
Jaga
agar air cucian tidak mengkontaminasi mata yang tidak terluka.
·
Jika
korban menggunakan contact lenses lepaskan segera.
·
Jangan
menetralkan luka dengan menambahkan bahan kimia lain.
·
Jangan
pula menambahkan salep pada mata yang terluka.
·
Membawa
korban ke dokter.
Keracunan karena bahan kimia
tertelan
·
Jangan
membujuk korban agar muntah.
·
Jika
korban sadar, beri 2 gelas air. Jika bahan kimianya korosif, beri 1 gelas air
setiap 10 menit. Jangan menetralisir dengan cara menambahkan bahan kimia lain.
·
Jika
korban tidak sadar, jangan berikan sesuatu melalui mulut. Lakukan CPR jika
perlu.
·
Tenangkan
korban sampai mendapatkan pertolongan medis.
Menghirup bahan kimia
·
Yakinlah
bahwa anda sendiri aman sebelum melakukan pertolongan.
·
Gunakan
pelindung pernafasan sebelum melakukan pertolongan jika tempat kejadian di
ruang tertutup, sempit dan bahan beracun dalam konsentrasi tinggi.
·
Pindahkan
korban ke tempat yang berudara segar.
·
Jika
korban tidak bernafas, lakukan CPR sampai pertolongan medis datang.
·
Jika
korban bernafas, longgarkan pakaian dan perhatikan jalan nafasnya.
·
Berikan
dukungan agar korban tenang sampai mendapatkan pertolongan.
c. Luka karena bahan
biologis berbahaya
·
Cuci
bagian luar dengan air sabun.
·
Tutup
luka dengan pembalut luka (perban).
·
Jika
korban mengalami perdarahan pada kaki/tangan, tekan dengan tangan anda di atas
perban. Jangan lakukan hal ini jika luka terdapat di kepala, leher atau bagian
tubuh yang lain.
·
Jika
perdarahan berhenti dan perban berdarah, tambahkan perban dan jangan menganti
dengan yang baru. Jangan terlalu kencang dalam mengikat dengan perban.
·
Jika
lukanya kecil, keluarkan bahan yang menancap (jika ada) dengan pinset steril,
lalu tutup luka dengan perban steril.
·
Jagalah
agar korban tidak sock atau pingsan.
·
Jaga
korban hingga mendapat pertolongan.
d. Sengatan listrik
·
Jangan
sentuh korban yang sedang terkena sengatan listrik.
·
Putuskan
segera kontak antara korban dengan sumber listrik degan cara paling cepat,
tepat dan aman.
·
Jika
tidak dapat, gunakan bahan yang tidak menghantar listrik untuk memisahkan
korban dari sumber listrik.
·
Jika
korban mengalami luka, rawatlah seperti pada korban yang terluka.
·
Periksalah
ABC-nya. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
Jika jantung berhenti, lakukan CPR.
KESIMPULAN
Secara
umum beberapa peristiwa yang pernah terjadi di laboratorium dapat merupakan
cermin bagi setiap orang untuk meningkatkan kewaspadaannya ketika bekerja di
laboratorium. Peristiwa-peristiwa tersebut kadang-kadang terlalu pahit untuk
dikenang, namun meninggalkan kesan pendidikan yang baik, agar tidak melakukan
kesalahan dua kali pada peristiwa yang sama. Oleh karena itu, untuk mengurangi
bahaya yang terjadi, setiap pengguna laboratorium (mahasiswa, dosen, peneliti
dan sebagainya) harus melakukan pekerjaannya menurut praktek laboratorium yang
benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Belum ada tanggapan untuk " PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI LABORATORIUM "
Post a Comment