Spesies tumbuhan secara genetis sangat beragam dalam
kemampuannya untuk toleran, atau tidak toleran, terhadap unsur tak-esensial:
timbel, cadmium, perak, alumunium, raksa, timah, dan sebagainya, dalam jumlah
yang meracuni (Woolhouse, 1983). Pada beberapa spesies, unsur tersebut diserap
hanya dalam jumlah terbatas, sehingga lebih merupakan penghindaran daripada
toleransi (Taylor, 1987). Pada spesies lain, unsur itu tertimbun di akar, dan
dipindahkan sedikit saja ke tajuknya. Pada spesies lainnya lagi, akar dan
tajuknya mengandung unsur tersebut dalam jumlah yang jauh lebih tinggi daripada
yang dapat ditahan oleh spesies lain. Inilah toleransi sejati.
Baru-baru ini ditemukan mekanisme toleransi yang
penting dan secara filogenetis tersebar luas (ditelaah oleh Gekeler dkk, 1989;
Steffens, 1990; dan Rauser, 1990). Logam diawaracunkan dengan cara dikelat
dengan fitokelatin, yakni peptida
kecil yang kaya akan asam amino sistein yang mengandung belerang. Peptida ini
biasanya mempunyai 2 sampai 8 asam amino sistein di pusat molekulnya, serta
sebuah asam glutamat dan sebuah glisin pada ujung-ujungnya yang berlawanan.
Atom belerang dalam sistein hampir dipastikan penting untuk mengikat logam
tersebut, tapi atom nitrogen atau oksigen diduga berperan pula.
Fitokelatin dihasilkan oleh banyak spesies, tapi sejauh ini diketahui
bahwa fitokelatin hanya dijumpai bila terdapat logam dalam jumlah yang
meracuni. Fitokelatin dihasilkan pula oleh spesies yang kelebihan seng dan tembaga
sehingga dapat mengawaracunkan berbagai logam esensial juga. Oleh karena itu,
pembentukannya benar-benar merupakan respons tumbuhan untuk beradaptasi
terhadap keadaan lingkungan yang rawan. Kerjanya mirip dengan protein
metalotionein yang jauh lebih besar, yang mengawaracunkan logam pada manusia
dan hewan, tapi fitokelatin bukanlah hasil
gen secara langsung. Walaupun demikian, hasil pengendalian genetik masih
diyakini penting untuk memahami bagaimana beberapa spesies mampu hidup di tanah
yang tercemari limbah pertambangan. Kajian secara molekul terhadap toleransi
logam oleh tumbuhan telah dimulai dan banyak ditelaah oleh Tomsett dan Thurman
(1988).
Sumber : Frank B. Salisbury & Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : ITB Press. Hal 139
Belum ada tanggapan untuk " KERACUNAN DAN KETAHANAN TERHADAP LOGAM PADA TUMBUHAN "
Post a Comment